“Alhamdulillah, baru saja dapat rezeki”.
Ketika mendengar kalimat ini, kebanyakan orang berpikir bahwa obyek yang sedang
dibicarakan dalam kalimat tersebut adalah rezeki duniawi, lebih khusus lagi
adalah rezeki berupa harta. Kalau kita mau mencermati, sebenarnya rezeki berupa
harta adalah sebagian saja dari rezeki yang Allah berikan kepada makhluk-Nya.
Namun, sifat kebanyakan manusia yang jauh dari rasa syukur dan lebih
berorientasi dengan gemerlap dunia yang fana, terkadang hanya membatasi rezeki
dengan harta duniawi semata. Padahal sesungguhnya Allah Ta’ala telah
banyak memberi rezeki kepada manusia dengan bentuk yang beragam.
Rezeki Umum dan Rezeki Khusus
Rezeki yang Allah berikan kepada makhluk ada
dua bentuk :
- Rezeki yang sifatnya umum (الرزق العم
)
Yakni segala sesuatu yang memberikan manfaat
bagi badan, berupa harta, rumah, kendaraan, kesehatan, dan
selainnya, baik berasal dari yang halal maupun haram. Rezeki jenis ini Allah
berikan kepada seluruh makhluk-Nya, baik orang muslim maupun orang kafir.
Banyaknya pemberian jenis rezeki yang pertama
ini tidak menunjukkan kemuliaan seseorang di sisi Allah. Begitu pula sedikitnya
rezeki dunia yang Allah berikan kepada seseorang tidak menunjukkan kehinaan
orang tersebut. Allah Ta’ala berfirman,
فَأَمَّا الْإِنسَانُ
إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ
وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ
“Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya
lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: “Tuhanku
telah memuliakanku”. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya
maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku” . (QS. Al Fajr :15-16)
Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan,
“Allah Ta’ala berfirman mengingkari keyakinan (sebagian) manusia.
(Maksud ayat ini) bahwasanya jika Allah meluaskan rezeki mereka tujuannya
adalah untuk menguji mereka dengan rezeki tersebut. Sebagian orang meyakini
bahwa rezeki dari Allah merupakan bentuk pemuliaan terhadap mereka. Namun yang
benar bukanlah demikian, bahkan rezeki tersebut merupakan ujian dan cobaan
untuk mereka sebagaimana firman Allah :
. نُسَارِعُ لَهُمْ
فِي الْخَيْرَاتِ بَل لَّا يَشْعُرُونَ. أَيَحْسَبُونَ أَنَّمَا نُمِدُّهُم بِهِ مِن
مَّالٍ وَبَنِينَ
“Apakah mereka mengira bahwa harta dan
anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa),Kami bersegera
memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak
sadar” (QS. Al Mu’minun:55-56).
Demikian pula sebaliknya. Jika Allah
memeberinya cobaan dan mengujinya dengan menyempitkan rezekinya, sebagian orang
menyangka Allah sedang menghinakannya. Maka Allah katakan : { كَلا } (sekali-kali
tidak). Yang dimaksud bukanlah seperti persangkaan mereka. Allah memberikan
harta kepada orang yang Allah cintai dan kepada orang yang tidak Allah cintai.
Allah juga menyempitkan harta terhadap orang yang Allah cintai maupunn orang
yang tidak dicintai-Nya. Sesungguhnya semuanya bersumber pada ketaatan kepada
Allah pada dua kondisi tersebut (baik ketika mendapat rezeki yang luas maupun
rezeki yang sempit). Jika seseorang kaya (mendapat banyak rezeki harta)
dia bersyukur kepada Allah dengan pemberian tersebut, dan jika miskin (sempit
rezeki) dia bersabar.” (Tafsiru al Quran al ‘Adzim, Imam Ibnu Katsir rahimahullah)
Banyak sedikitnya rezeki duniawi adalah ujian
semata, bukan standar kecintaan Allah terhadap hamba. Rezeki harta sebagai
ujian Allah atas hamba-Nya, untuk mengetahui siapakah di antara hambanya yang
bersyukur dan bersabar.
- Rezeki yang sifatnya khusus (الرزق الخاص
)
Yakni segala sesuatu yang membuat tegak agama
seseorang. Rezeki jenis ini berupa ilmu yang bermanfaat dan amal shalih serta
semua rezeki halal yang membantu seseorang untuk taat kepada Allah. Inilah
rezeki yang Allah berikan khusus kepada orang-orang yang dicintai-Nya. Inilah
rezeki yang hakiki, yang menghantarkan seseorang akan mendpat kebahagiaan dunia
akherat.
Rezeki jenis ini Allah khususkan bagi
orang-orang mukmin. Allah menyemprunakan keutamaan bagi mereka, dan Allah
anugerahkan bagai mereka surga di hari akhir kelak. Allah Ta’ala berfirman,
وَمَن يُؤْمِن
بِاللَّهِ وَيَعْمَلْ صَالِحاً يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ
خَالِدِينَ فِيهَا أَبَداً قَدْ أَحْسَنَ اللَّهُ لَهُ رِزْقاً
“Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan
mengerjakan amal yang saleh niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam
surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya
selama-lamanya. Sesungguhnya Allah memberikan rezki yang baik kepadanya “
(QS. Ath Thalaq:11).
Dan juga firman-Nya :
هَذَا
ذِكْرٌ وَإِنَّ لِلْمُتَّقِينَ لَحُسْنَ مَآَبٍ (49) جَنَّاتِ عَدْنٍ مُفَتَّحَةً
لَهُمُ الْأَبْوَابُ (50) مُتَّكِئِينَ فِيهَا يَدْعُونَ فِيهَا بِفَاكِهَةٍ
كَثِيرَةٍ وَشَرَابٍ (51) وَعِنْدَهُمْ قَاصِرَاتُ الطَّرْفِ أَتْرَابٌ (52) هَذَا
مَا تُوعَدُونَ لِيَوْمِ الْحِسَابِ (53) إِنَّ هَذَا لَرِزْقُنَا مَا لَهُ مِنْ
نَفَادٍ (54
“Ini adalah kehormatan (bagi mereka). Dan
sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa benar-benar (disediakan) tempat
kembali yang baik, (yaitu) syurga ‘Adn yang pintu-pintunya terbuka bagi mereka,
di dalamnya mereka bertelekan (diatas dipan-dipan) sambil meminta buah-buahan
yang banyak dan minuman di surga itu. Dan pada sisi mereka (ada
bidadari-bidadari) yang tidak liar pandangannya dan sebaya umurnya Inilah apa
yang dijanjikan kepadamu pada hari berhisab. Sesungguhnya ini adalah
benar-benar rezki dari Kami yang tiada habis-habisnya. “ (QS.
Shaad: 49-54)
Hanya Allah Pemberi Rezeki
Di antara nama-nama Allah adalah “Ar Rozzaq”
dan “ Ar Rooziq”. Nama “Ar Rozzaq” terdapat dalam firman Allah,
إِنَّ اللَّهَ
هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ
“Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi
rezki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh” (QS. Adz Dzariyat:58)
Sedangkan nama “ Ar Rooziq”terdapat dalam
firman-Nya,
وَإِذَا رَأَوْا
تِجَارَةً أَوْ لَهْواً انفَضُّوا إِلَيْهَا وَتَرَكُوكَ قَائِماً قُلْ مَا عِندَ اللَّهِ
خَيْرٌ مِّنَ اللَّهْوِ وَمِنَ التِّجَارَةِ وَاللَّهُ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
“Dan apabila mereka melihat perniagaan atau
permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu
sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: “Apa yang di sisi Allah lebih baik
daripada permainan dan perniagaan”, dan Allah Sebaik-baik Pemberi rezki”
(QS. Al Jumu’ah:11)
Dan juga firman-Nya,
وَالَّذِينَ هَاجَرُوا
فِي سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ قُتِلُوا أَوْ مَاتُوا لَيَرْزُقَنَّهُمُ اللَّهُ رِزْقاً
حَسَناً وَإِنَّ اللَّهَ لَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
“Dan orang-orang yang berhijrah di jalan
Allah, kemudian mereka di bunuh atau mati, benar-benar Allah akan memberikan
kepada mereka rezki yang baik (surga). Dan sesungguhnya Allah adalah
sebaik-baik pemberi rezki” (QS. Al Hajj: 58)
Dari nama Allah Ar Rozzaq dan Ar
Rooziq terkandung didalamnya sifat rezeki {الرزقُ} (ar ruzqu). Dalam
siifat ar ruzqu bagi Allah, terkandung di dalamnya dua makna, yaitu
banyaknya rezeki yang Allah berikan pada setiap makhluk, dan banyak/luasnya
jumlah makhluk yang mendapat rezeki dari-Nya :
Rezeki yang banyak
Maksudnya rezeki yang Allah berikan kepada
setiap makhluknya sangat banyak. Masing-masing makhluk Allah mendapat jatah
rezeki yang banyak. Kita sebagai manusia mendapat rezeki berupa nikmat
yang sangat banyak. Nikmat sehat, anggota tubuh yang sempurna, tempat
tinggal, keluarga, harta, dan masih banyak nikmat-nikmat yang lainnya. Itu
semua merupakan rezeki dari Allah yang sangat banyak dan tak terhingga.
Allah Ta’ala berfirman :
وَآتَاكُم مِّن
كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَتَ اللّهِ لاَ تُحْصُوهَا إِنَّ الإِنسَانَ
لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
“Dan Dia telah memberikan kepadamu
(keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu
menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya
manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (QS.
Ibrahim:34)
Rezeki yang luas
Rezeki yang Allah berikan meliputi seluruh
makhluk-Nya sesuai dengan kondisinya masing-masing. Masing-masing setiap
makhluk mendapat rezeki yang banyak dari Allah. Manusia, jin, seluruh binatang
dan tumbuhan, serta semua yang ada di langit dan di bumi mendapat rezeki dari
Allah. Seluruh makhluk tersebut dipenuhi rezekinya oleh Allah semata. Ini
menunjukkan luasnya rezeki yang Allah berikan pada makhluk-Nya. Allah berfirman
:
وَمَا مِن دَآبَّةٍ
فِي الأَرْضِ إِلاَّ عَلَى اللّهِ رِزْقُهَا
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di
bumi melainkan Allah-lah yang memberinya rezeki“ (QS. Huud:6)
Semangatlah Mencari Rezeki
Saudarakau, ingatlah bahwa rezeki tidaklah
sebatas harta dunia. Ilmu yang bermanfaat adalah rezeki, kemudahan untuk
beramal shalih adalah rezeki, istri yang shalihah adalah rezeki, anak-anak juga
termasuk rezeki. Kewajiban kita untuk senantiasa bersyukur atas rezeki yang
Allah berikan. Bahkan rezeki yang hakiki adalah rezeki yang dapat menegakkan
agama kita sehingga mengantarkan kita selamat di akherat. Inilah rezeki yang
sesungguhnya. Rezeki yang hanya Allah berikan kepada hamba-hamba pilihan-Nya.
Maka saudaraku, setelah kita mengetahui bahwa
ilmu dan amal shalih termasuk rezeki yang bermanfaat, kita hendaknya
bersemangat untuk menggapainya. Sebagaimana kita bersemangat dan bahkan
menghabiskan waktu kita untuk mengais rezeki dunia, mestinya kita juga semangat
untuk mencari rezeki yang lebih bermanfaat, yaitu ilmu dan amal shalih. Rezeki
yang akan menyelamatkan kita di dunia dan akherat kita.
Rezeki telah Ditentukan
Perlu diperhatikan, bahwa seluruh rezeki bagi
makhluk telah Allah tentukan. Kaya dan miskin, sakit dan sehat, senang
dan susah, termasuk juga ilmu dan amal shalih seseorang pun telah ditentukan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إن أحدكم يجمع
خلقه في بطن أمه أربعين يوما نطفة ثم علقه مثل ذلك ثم يكون مضغة مثل ذلك , ثم يرسل
إليه الملك فينفخ فيه الروح , ويؤمر بأربع كلمات : بكتب رزقه , وأجله , وعمله , وشقي
أم سعيد . فوالله الذي لا إله غيره إن أحدكم ليعمل بعمل أهل الجنة حتى ما يكون بينه
وبينها إلا ذراع فيسبق عليه الكتاب فيعمل بعمل أهل النار , وإن أحدكم ليعمل بعمل أهل
النار حتى ما يكون بينه وبينها إلا ذراع فيسبق عليه الكتاب فيعمل بعمل أهل الجنة
“Sesungguhnya tiap-tiap kalian dikumpulkan
penciptaannya dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa nutfah, kemudian menjadi
‘Alaqoh (segumpal darah) selama itu juga lalu menjadi Mudhghoh (segumpal
daging) selama itu juga, kemudian diutuslah Malaikat untuk meniupkan ruh
kepadanya lalu diperintahkan untuk menuliskan 4 kata : Rizki, Ajal, Amal dan
Celaka/bahagianya. maka demi Alloh yang tiada Tuhan selainnya, ada seseorang
diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli surga sehingga tidak ada jarak
antara dirinya dan surga kecuali sehasta saja. kemudian ia didahului oleh
ketetapan Alloh lalu ia melakukan perbuatan ahli neraka dan ia masuk neraka.
Ada diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli neraka sehingga tidak ada lagi
jarak antara dirinya dan neraka kecuali sehasta saja. kemudian ia didahului
oleh ketetapan Alloh lalu ia melakukan perbuatan ahli surga dan ia masuk
surga.”(HR. Bukhari 3208 dan HR.Muslim 2643)
Dengan mengetahui hal ini, bukan berrati kita
pasarah dan tidak berusaha mencari rezeki. Sebagian orang memiliki anggapan
yang salah dalam memahami hal ini. Mereka hanya pasrah terhadap takdir tanpa
melakukan usaha sama sekali. Sunngguh, ini adalah kesalah yang nyata.
Bukankah Allah juga memerintahkan kita untuk mengambil sebab dan melarang kita
dari bersikap malas? Apabila kita sudah mengambil sebab dan mendapatkan hasil
yang tidak kita inginkan, maka kita tidak boleh sedih dan berputus asa,
termasuk dalam mencari rezeki, karena semuanya sudah merupakan ketetapan
Allah. Oleh karena itu Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
احرص
على ما ينفعك واستعن بالله ولا تعجز وإن أصابك شيء فلا تقل لو أني فعلت كان كذا
وكذا ولكن قل قدر الله وما شاء فعل
“Bersemangatlah dalam hal yang bermanfaat
bagimu. Minta tolonglah pada Allah dan jangalah kamu malas! Apabila kamu
tertimpa sesuatu, janganlah kamu mengatakan :’Seaindainya aku berbuat demikian,
tentu tidak akan begini atau begitu’, tetapi katakanlah : ‘Qoddarullahu wa maa
sya’a fa’ala” (HR. Muslim 2664)
Semoga tulisan rigkas ini bermanfaat. Wa
shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad
Referensi Utama :
Syarhu al ‘Aqidah al Waashitiyah, Syaikh
Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin rahimahullah
Fiqhu al Asmai al Husna, Syaikh ‘Abdurrozaq
bin ‘Abdil Muhsni al Badr hafidzahullah