Dalam
islam sendiri, alquran tidak pernah mengekang umatnya untuk maju dan modern,
justru islam sangat mendukung kemajuan umatnya untuk melakukan penelitian dan
bereksperimen dalam bidang apapun termasuk dalam bidang teknologi. Bagi islam,
teknologi merupakan bagian dari ayat-ayat allah yang perlu kita gali dan kita
cari kebenarannya, misalnya dalam ayat alquran dibawah ini Artinya: "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan
bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi
orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil
berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah
Engkau menciptakan Ini dengan sia-si. Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami
dari siksa neraka. QS. Ali-Imran: 190-191).
Ayat-ayat
diatas menjelaskan bahwa semua yang ada dilangit dan bumi yang penuh misteri
ini dapat kita mencari tahu kebenarannya dengan melakukan penelitian-penelitian
yang kita lakukan. Dengan kita sebagai umat islam melakukan penenlitian
tersebut diharapkan dapat membantu kita dalam mencari kemudahan hidup baik
didunia maupun diakhirat dalam bidang apapun termasuk teknologi. Selain banyak
memuat tentang pentingnya pengembangan sains, Alquran juga dapat dijadikan
sebagai inspirasi ilmu dan pengembangan wawasan berpikir sehingga mampu
menciptakan sesuatu yang baru dalam kehidupan. Hanya saja, untuk menemukan hal
tersebut, dibutuhkan kemampuan untuk menggalinya secara lebih mendalam agar
potensi alamiah yang diberikan Tuhan dapat memberikan kemaslahatan sepenuhnya
bagi keselarasan alam dan manusia.
PERSPEKTIF ISLAM TERHADAP TEKNOLOGI
Peradaban
Islam sangat berbeda dengan Yunani, Romawi dan Byzantium dalam memandang
teknologi. Para cendekiawan Muslim di era kekhalifahan menganggap
teknologi sebagai sebuah cabang ilmu pengetahuan yang sah. Fakta itu
terungkap berdasarkan pengamatan para sejarawan sains Barat di era modern
terhadap sejarah sains di Abad Pertengahan.
Demikian
pula ajaran Islam ia tidak akan bertentangan dengan teori-teori pemikiran
modern yang teratur dan lurus dan analisa-analisa yang teliti dan obyekitf.
Dalam pandangan Islam menurut hukum asalnya segala sesuatu itu adalah mubah
termasuk segala apa yang disajikan oleh berbagai peradaban baik yang lama
ataupun yang baru. Semua itu sebagaimana diajarkan oleh Islam tidak ada yang
hukumnya haram kecuali jika terdapat nash atau dalil yang tegas dan pasti
mengherankannya. Bukanlah Alquran sendiri telah menegaskan bahwa agama Islam
bukanlah agma yang sempit? Allah SWT telah berfirman yang artinya “Di
sekali-kali tidak menjadikan kamu dalam agama suatu kesempitan.” .
Kemajuan
teknologi modern yang begitu pesat telah memasyarakatkan produk-produk
teknologi canggih seperti Radio, televisi, internet, alat-alat komunikasi dan
barang-barang mewah lainnya serta menawarkan aneka jenis hiburan bagi tiap
orang tua, kaum muda, atau anak-anak. Namun tentunya alat-alat itu tidak
bertanggung jawab atas apa yang diakibatkannya. Justru di atas pundak
manusianyalah terletak semua tanggung jawab itu. Sebab adanya pelbagai media
informasi dan alat-alat canggih yang dimiliki dunia saat ini dapat berbuat apa
saja kiranya faktor manusianyalah yang menentukan operasionalnya. Adakalanya
menjadi manfaat yaitu manakala manusia menggunakan dengan baik dan tepat.
Tetapi dapat pula mendatangkan dosa dan malapetaka manakala manusia
menggunakannya untuk mengumbar hawa nafsu dan kesenangan semata.
Kemajuan
teknologi dalam dunia kedokteran juga patut untuk kita apresisai secara kritis;
proses cloning (bayi tabung) misalnya, telah mendapat tanggapan beragam dari
para ulama; Sebagian kelompok agamawan menolak fertilisasi in vitro pada
manusia karena mereka meyakini bahwa kegiatan tersebut sama artinya
mempermainkan Tuhan yang merupakan Sang Pencipta.Juga banyak kalangan
menganggap bahwa pengklonan manusia secara utuh tidak bisa dilakukan sebab ini
dapat dianggap sebagai “intervensi” karya Ilahi.
Sebaliknya,
Sheikh Mohammad Hussein Fadlallah, seorang pemandu spiritual muslim
fundamentalis dari Lebanon berpendapat, adalah salah jika menganggap kloning
adalah suatu intervensi karya Ilahi.Peneliti dianggapnya tidak menciptakan
sesuatu yang baru.Mereka hanya menemukan suatu hukum yang baru bagi ormanisme,
sama seperti ketika mereka menemukan fertilisasi in vitro dan transplantasi
organ (http://www.religioustolerance-.org/-clo_reac.htm).
Professor
Abdulaziz Sachedina dari Universitas Virginia mengemukakan bahwa Allah adalah
kreator terbaik.Manusia dapat saja melakukan intervensi dalam pekerjaan alami,
termasuk pada awal perkembangan embrio untukmeningkatkan kesehatan atau embrio
splitting untuk meningkatkan peluang terjadinya kehamilan, namun perlu diingat,
Allahlah Sang pemberi hidup (Sachedina, 2001).
SEJARAH PENERAPAN TEKNOLOGI DALAM PERADABAN
ISLAM
Di
era keemasan Islam, para cendekiawan Muslim telah mengelompokkan ilmu-ilmu yang
bersifat teknologis sebagai berikut; ilmu jenis-jenis bangunan, ilmu optik,
ilmu pembakaran cermin, ilmu tentang pusat gravitasi, ilmu pengukuran dan
pemetaan, ilmu tentang sungai dan kanal, ilmu jembatan, ilmu tentang
mesin kerek, ilmu tentang mesin-mesin militer serta ilmu pencarian sumber air
tersembunyi. Para penguasa dan masyarakat di zaman kekhalifahan Islam
menempatkan para rekayasawan (engineer) dalam posisi yang tinggi dan
terhormat. Mereka diberi gelar muhandis. Banyak di antara
ilmuwan Muslim, pada masa itu, yang juga merangkap sebagai rekayasawan.
Al-Kindi,
misalnya, selain dikenal sebagai fisikawan dan ahli metalurgi adalah
seorang rekayasawan. Selain itu, al-Razi juga yang populer sebagai
seorang ahli kimia juga berperan sebagai rekayasawan. Al-Biruni yang masyhur
sebagai seorang astronom dan fisikawan juga seorang rekayasawan.
Selain
itu, peradaban Islam juga telah mengenal ilmu navigasi, ilmu tentang jam, ilmu
tentang timbangan dan pengkuran serta ilmu tentang alat-alat genial. Menurut
al-Hassan, teknik mesin dan teknik sipil yang digolongkan sebagai ilmu
matematika, bukan satu-satunya subyek teknologis yang dikelompokkan sebagai
sains. Para ilmuwan Muslim memberi perhatian pada semua jenis pengetahuan
praktis, mengklasifikasi ilmu-ilmu terapan dan subyek-subyek teknologis
berdampingan dengan telaah-telaah teoritis,'' ungkap Ahmad Y al-Hassan
dan Donald R Hill dalam Islamic Technology: An Illustrated
History. Sejumlah kitab dan risalah yang ditulis para ilmuwan Muslim
tercatat telah mengklasifikasi ilmu-ilmu terapan dan teknologis. Menurut
al-Hassan, hal itu dapat dilihat dalam sederet buku atau kitab karya
cendikiawan Muslim, seperti; Mafatih al-Ulum, karya
al-Khuwarizmi; Ihsa al-Ulum (Penghitungan Ilmu-ilmu) karya
al-Farabi, Kitab al-Najat, (Buku Penyelamatan) karya Ibnu Sina
dan buku-buku lainnya.
Para
rekayasawan Muslim telah berhasil membangun sederet karya besar dalam bidang
teknik sipil berupa; bendungan, jembatan, penerangan jalan umum, irigasi,
hingga gedung pencakar langit. Sejarah membuktikan, di era keemasannya,
peradaban Islam telah mampu membangun bendungan jembatan (bridge dam). Bendung
jembatan itu digunakan untuk menggerakkan roda air yang bekerja dengan
mekanisme peningkatan air. Bendungan jembatan pertama dibangun di Dezful, Iran.
Bendung
jembatan itu mampu menggelontorkan 50 kubik air untuk menyuplai kebutuhan
masyarakat Muslim di kota itu. Setelah muncul di Dezful, Iran bendung jembatan
juga muncul di kota-kota lainnya di dunia Islam. Sehingga, masyarakat Muslim
pada masa itu tidak mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan air bersih.
Selain
itu, di era kekhalifahan para insinyur Muslim juga sudah mampu membangun
bendungan pengatur air diversion dam. Bendungan ini digunakan untuk mengatur
atau mengalihkan arus air. Bendungan pengatur air itu pertama kali dibangun
insinyur Muslim di Sungai Uzaym yang terletak di Jabal Hamrin, Irak. Setelah
itu, bendungan semacam itu pun banyak dibangun di kota dan negeri lain di dunia
Islam.
Pencapaian
lainnya yang berhasil ditorehkan insinyur Islam dalam bidang teknik sipil
adalah pembangunan penerangan jalan umum. Lampu penerangan jalan umum pertama
kali dibangun oleh kekhalifahan Islam, khususnya di Cordoba. Pada masa
kejayaannya, pada malam hari jalan-jalan yang mulus di kota peradaban Muslim
yang berada di benua Eropa itu bertaburkan cahaya.
Selain
dikenal bertabur cahaya di waktu malam, kota-kota peradaban Islam pun dikenal
sangat bersih. Ternyata, pada masa itu para insinyur Muslim sudah mampu
menciptakan sarana pengumpul sampah, berupa kontainer. Sesuatu yang belum
pernah ada dalam peradaban manusia sebelumnya.
Jadi
kesiumpulannya bahwa pandangan islam terhadap teknologi saat ini merupakan
sebuah hal yang lumrah, yang sudah ada pada masa-masa dahulu, dan memang islam
mengajarkan kita sebagai umatnya untuk selalu mencari tahu semua kebenaran yang
ada didunia ini sesuai dengan syariat islam yang berlaku. Dan islam tidak
pernah menutup diri untuk menerima modernsiasi dari sebuah perkembangan jaman.
Sehingga dengan adanya perkembangan teknologi yang sangat pesat saat ini
merupakan hal yang wajar yang dapat kita terima sebagai umat islam, selama masih
sesuai dengan ajaran-ajaran islam yang berlaku.